Ikan botia (Chromobotia macracanthus) induk hasil tangkapan alam (F0) serta generasi pertama (F1) yang berhasil diadaptasi dan dibudidayakan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH), Depok, menunjukkan variasi pola warna yang berbeda-beda.

Pada populasi anakan (F1) Sumatera, kondisi ini lebih umum ditemukan. Beberapa pola tampak menunjukkan bentuk tutul (spot) (Gambar 1g,1」,1h, dan 1l), puzzle (jigsaW) (Gambar 1a), pita terpisah (fragmentasi) (Gambar 1c,1d,1h,1f, dan 1k), pita bergabung (join) (Gambar 1b dan 1e), dan pelana kuda (saddle) (Gambar 1a,1f,1i, dan 1l).

Variasi Pola Warna pada Dua Sisi Tubuh

Sisi tubuh bagian kiri dan kanan tidak selalu menunjukkan pola warna yang sama antara sisi satu dengan yang lainnya. Hasil pengamatan seringkali menemukan adanya perbedaan antara sisi kiri dan kanan tubuh. Sebagai contoh, fenomena ini dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2a tampak persamaan pola pelana (pita kedua) di kedua sisi tubuh. Sedangkan Gambar 2b menunjukkan pola warna yang berbeda antara kedua sisi tubuh, pada sisi kanan (bawah) pita kedua tampak membentuk pola puzzle (jigsaW) sedangkan sisi lainnya tidak.

Variasi Pola Warna pada Bagian Dorsal

Variasi pola warna pada tubuh bagian samping (kiri dan kanan) membentuk beberapa pola unik lainnya di bagian kepala dan dorsal ikan botia. Pita hitam pertama, kedua, dan ketiga terkadang menunjukkan penggabungan antara satu sama lainnyaika diamati di bagian dorsal sehingga tampak seperti Gambar 3c. Pada Gambar 3a, pita hitam pertama di bagian kepala tampak menghubungkan kedua mata, sedangkan pada Gambar 3b, pita hitam di bagian tersebut tampak membentuk tutul (spot) seperti halnya pola tancho pada ikan hias koi (Cyprinus carpio).

Sel Warna pada Ikan Botia

Warna pada hewan dihasilkan oleh sel pigmen yang disebut kromatofor. Pada ikan (teleost), kromatofor ini umumnya terdapat pada dermis (Cerda-Reverter et a人,2009; Leclercq et a人,2009) dan terbagi menjadi dua golongan. Golongan pertama merupakan tipe kromatofor yang menyerap cahaya (light-absorbingchromatophore) yang memberikan warna sebenarnya, terdiri atas: (i) melanophore; (ii) erythropore; (iii) xanthophore; dan (iv) cyanophore. Sedangkan golongan kedua merupakan tipe kromatofor yang memantulkan cahaya (light-reflecting chromatophore) yang tidak memberikan warna sebenarnya, terdiri dari: (i) leucophore dan (ii) iridophore (Fujii, 2000; Kelsh, 2004; Leclercq et a人, 2009). Menurut Doucet & Meadows (2009), mekanisme pewarnaan (coloration) pada kromatofor golongan pertama disebut sebagai pewarnaan pigmen (pigmentary coloration) sedangkan pada golongan kedua disebut pewarnaan struktural (structural coloration).

Melanophore, xanthophore, erythrophore, dan cyanophore merupakan sel dendritik yang terspesialisasi tidak hanya dalam proses penyimpanan akan tetapijuga berperan dalam translokasi sejumlah butiran- butiran (granule) pigmen penyerap cahaya. Melanophore dapat ditemukan di dermis dan terkadang di epidermis (Leclercq et a人,2009). Pada ikan, kromatofor ini hanya berisi eumelanin (Cerda-Reverter et a人,2009) yang memproduksi pigmen warna hitam hingga cokelat (Goda & Fujii, 1995; Fujii, 2000; Kelsh, 2004; Cerda-Reverter et al., 2009; Amiri & Shaheen, 2012). Gelap atau terangnya tubuh ikan ditentukan oleh sel warna ini. Xanthophoredan erytrophoremengandung karotenoid dan/atau pteridin yang menyebabkan warna kemerahan dan kekuningan pada pewarnaan kulit (Cerda-Reverter et al., 2009; Leclercq et al., 2009).

Cyanophore merupakan tipe kromatofor yang mengandung pigmen berwarna biru. Data mengenai kromatofor ini sangat jarang dimiliki oleh kebanyakan hewan secara umum (Leclercq et al., 2009). Dari hasil penelitian yang dilakukan Goda & Fujii (1995), jenis sel warna ini hanya terdapat pada dua spesies ikan mandarin (Synchiropussplendidusdan S. picturatus).

Iridophore dan leucophore bukan merupakan sel dendritik serta tidak mengandung pigmen warna sebenarnya (Leclercq et al., 2009). Menurut Fujii (2000), iridophore menghasilkan warna metalik atau iridescent. Sedangkan menurut Bettaterritory (2010) lapisan warna iridophore memiliki fungsi sebagai pengatur sejumlah pigmen warna biru, mulai dari kemunculan warna iridescent, penyebaran iridocyte, hingga pengaturan warna bukan biru (non blue) yang ada pada tubuh ikan cupang (Bettasp.). Iridophore terkadangjuga sering disebut guanophore (Wikipedia, 2010) dikarenakan warna yang dihasilkan berasal dari susunan kristal purin, khususnya guanin, yang menyebabkan proses pemantulan cahaya (Cerda- Reverter et al., 2009). Leucophore merupakan sel warna yang juga menyebabkan proses pemantulan cahaya, akan tetapi, pengaturan kerja kristal-kristal purin-nya sangat lemah (Leclercq et al., 2009). Warna yang dihasilkan tipe kromatofor ini adalah putih atau krem (Lamoreux et al., 2005; Leclercq et al., 2009).

 

Dengan menganggap bioluminescence sebagai pengecualian, semua warna pada hewan dihasilkan oleh salah satu atau bahkan kombinasi dari dua mekanisme utama pewarnaan (coloration) di atas, pigmentary coloration dan structural coloration (Doucet & Meadows, 2009). Selanjutnya Goda & Fujii (2000) menambahkan bahwa pewarnaan seringkali muncul akibat penggabungan dari banyak jenis kromatofor, tidak hanya berasal dari satu tipe kromatofor saja. Berdasarkan informasi di atas, maka tubuh ikan botia (Chromobotia macracanthus) yang tersusun atas warna hitam, kuning, oranye, hingga merah (baca warna dan kualitas warna ikan botia) dihasilkan oleh sel melanophore, erythrophore, xanthophore, atau bahkan kombinasi diantaranya. Selain itu, berdasarkan pengamatan secara langsung pada tubuh ikan botia di bagian perut, tampak menunjukkan warna krem dengan kemilau perak ketika terkena cahaya. Warna ini diduga berasal dari sel leucophore.